cari di sini

Minggu, 11 Juli 2010

Resume Keperawatan

Resume Keperawatan

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2008 jam 08.00 WIB pada pasien Ny. S di RSU Purbowangi Gombong Ruang Rahmah (17) oleh Nur Angky Wibisono.
1. Identitas Pasien
Ny. S, 45 tahun, jenis kelamin perempuan, suku Jawa, Indonesia, pendidikan SD, agama Islam, pekerjaan tani, alamat Candirenggo RT 6/5 Ayah, tanggal masuk 16 Juni 2008 pukul 18.30 WIB.
2. Riwayat Keperawatan



Keluhan utama pasien nyeri pada perutnya, perut kembung, tidak bisa bab. Pasien mengatakan sudah menderita penyakit ini sejak satu minggu yang lalu dan sudah diobati ke Puskesmas dan mantri tetapi tidak juga sembuh. Sebelum masuk ke rumah sakit, pasien mengeluh perut terasa kencang, kembung, badan panas, mual, muntah, badan lemas, pasien tidak bisa BAB, tidak bisa kentut. Kemudian oleh keluarga dibawa ke RSU Purbowangi Gombong tanggal 16 Juni 2008 jam 18.30 WIB. Sampai di IGD keadaan umum lemah, kesadaran komposmentis, tekanan darah 110/80 mmHg. Nadi 84 x/menit, suhu badan 38,50C, pernafasan 20 x/menit. Pasien dianjurkan rawat inap dan mendapat terapi infus RL 20 tetes/menit. Dan dari hasil pemeriksaan dan pengkajian diperoleh data adanya obstruksi usus dan harus dilakukan operasi laparatomi. Operasi laparatomi dilakukan pada tanggal 17 Juni 2008 pukul 21.00 WIB. Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 23 Juni 2008 diperoleh data pasien mengatakan nyeri apda bekas luka operasi, dengan skala nyeri 4, wajah terlihat meringis kesakitan, pasien berbaring di tempat tidur tidak bisa beraktifitas, pasien mengatakan nafsu makan menurun hanya menghabiskan 4 sendok dari yang disediakan rumah sakit. Pasien BAB lebih dari 3 kali perhari, dengan konsistensi lembek. Gerak dan keseimbangan pasien belum bisa melakukan aktivitas karena pasien masih merasa lemas, nyeri pada perutnya apabila digerakkan, aktivitas selalu dibantu oleh keluarganya, pasien menanyakan tentang penyakit dan perawatannya.
Pemeriksaan fisik pada saat pengkajian keadaan umum pasien lemah, kesadaran komposmentis, tekanan darah 120/70 mmHg, pernafasan 24 x/menit, suhu 37,20C, mata bentuk simetris, konjungtiva anemis, kebersihan rambut kurang, rambut terlihat kotor dan kusam, perut terasa nyeri pada bekas operasinya dan ada nyeri tekan, peristaltik terdengar cepat. Pasien mengatakan lukanya tidak sembuh-sembuh dan terasa sakit, terdapat luka operasi sepanjang kurang lebih 10 cm dengan jahitan luka sebanyak 12 pada daerah abdomen bawah pusat, luka operasi kering tidak ada pus, balutan luka bersih, pada ekstremitas atas kanan terpasang infus RL 20 tetes/menit.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 18 Juni 2008 Hb 9,6 %, lekosit 7.400/m3, gula sewaktu 110mg/dl, kalium 2,7 md/L dan pada 21 Juni 2008 ureum 89,0 mgr/dl, creatinin 1,6 mgr/dl, albumin 2,7 mgr/dl, kalium 2,8 md/l. Mendapat terapi obat cefotaxim 2 x 1000 mg, metronidasol infus 2 x 500 mg, Alinamin F 3 x 10 ml, Toradol 3 x 1 ml, Cimetidin 3 x 1 ml, Lasix 3 x 1 ml, Novalgin Extra 1 x 2 ml, obat oral Aspark 1 x 1 tablet dan Sanmol 3 x 500 mg. Diit pasien bubur halus.
3. Pengkajian Fokus
Pada tanggal 23 Juli 2008 pukul 08.00 WIB didapatkan data-data antara lain pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi dan perutnya terasa sakit bila ditekan, nafsu makan pasien menurun dan hanya menghabiskan 5 sendok makan, pasien merasa lemas, berat badan menurun, adanya luka bekas operasi sepanjang 10 cm, terpasang infus RL dan terpasan kateter, perutnya terasa nyeri bila digerakkan, keadaan pasien lemas, pasien belum bisa melakukan aktivitas, semua keperluan masih dibantu oleh keluarga dan perawat. Pasien hanya tiduran di tempat tidur, personal hygiene masih kurang dengan terlihat rambut pasien yang kusam dan kotor, tanda-tanda vital tekanan darah 120/70 mmHg, pernafasan 24 x/menit, nadi 84 xmenit, suhu 37,20C, pemeriksaan laboratorium tanggal 18 Juni 2008 Hb 9,6 %, lekosit 7.400/m3, gula sewaktu 110 mg/dl, kalium 2,7 md/L dan pada tanggal 21 Juni 2008 ureum 89,0 mgr/dl, creatinin 1,6 mgr/dl, albumin 2,7 mgr/dl, kalium 2,8 md/l. Mendapat terapi obat cefotaxim 2 x 1000 mg, metronidasol infus 2 x 500 mg, Alinamin F 3 x 10 ml, Toradol 3 x 1 ml, Cimetidin 3 x 1 ml, Lasix 3 x 1 ml, Novalgin Extra 1 x 2 ml, obat oral Aspark 1 x 1 tablet dan Sanmol 3 x 500 mg.


semoga bermanfaat..!!!!!!!!
kumpulan askep klik disini

Jumat, 09 Juli 2010

Askep Meningitis


Meningitis

A. Pengertian
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

B. Etiologi
  1. Bakteri : Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
  2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
  3. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita.
  4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
  5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
  6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan.

C. Klasifikasi

Meningitis di bagi menjadi 2 bagian berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
  1. Meningitis serosa
    Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
  2. Meningitis purulenta
    Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

D. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.

Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

E. Manifestasi klinis

Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
  1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
  2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
  3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb :


    • Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
    • Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
    • Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
  4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
  5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
  6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
  7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.

F. Pemeriksaan Diagnostik
  1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :


    • Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
    • Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
  2. Glukosa serum : meningkat (meningitis)
  3. LDH serum : meningkat (meningitis bakteri)
  4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri)
  5. Elektrolit darah : Abnormal.
  6. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
  7. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
  8. Rontgen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

G. Komplikasi
  1. Hidrosefalus obstruktif
  2. MeningococcL Septicemia (mengingocemia)
  3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
  4. SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone)
  5. Efusi subdural
  6. Kejang
  7. Edema dan herniasi serebral
  8. Cerebral palsy
  9. Gangguan mental
  10. Gangguan belajar
  11. Attention deficit disorder.
Download Askep Meningitis


Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Meningitis

A. Pengkajian
  1. Biodata klien.
  2. Riwayat kesehatan yang lalu


    • Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
    • Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
    • Pernahkah operasi daerah kepala ?
  3. Riwayat kesehatan sekarang


    • Aktivitas
      Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
    • Sirkulasi
      Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
    • Eliminasi
      Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
    • Makanan/cairan
      Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
    • Higiene
      Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
    • Neurosensori
      Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
    • Nyeri/keamanan
      Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.
    • Pernafasan
      Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

B. Diagnosa Keperawatan
  1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari patogen.
  2. Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
  3. Risisko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan umum, vertigo.
  4. Nyeri (akut) sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
  5. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan
  6. Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.

C. Intervensi
  1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari patogen.
    Mandiri :


    • Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
    • Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
    • Pantau suhu secara teratur
    • Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus menerus
    • Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nafas dalam
    • Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau)

    Kolaborasi :


    • Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.
  2. Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
    Mandiri :


    • Tirah baring dengan posisi kepala datar.
    • Pantau status neurologis.
    • Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang.
    • Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan dan haluaran.
    • Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.

    Kolaborasi :


    • Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
    • Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit).
    • Pantau BGA.
    • erikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen.
  3. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal, kelemahan umum vertigo.
    Mandiri :


    • Pantau adanya kejang
    • Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan.
    • Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital.
  4. Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.
    Mandiri :


    • Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.
    • Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi)
    • Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
    • Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul.

    Kolaborasi :


    • Berikan anal getik, asetaminofen, codein
  5. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.


    • Kaji derajat imobilisasi pasien.
    • Bantu latihan rentang gerak.
    • Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
    • Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udsra atau air perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.
    • Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi.
  6. Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis


    • Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan, sensorik dan proses pikir.
    • Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.
    • Observasi respons perilaku.
    • Hilangkan suara bising yang berlebihan.
    • Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.
    • Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.
    • Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif.
  7. Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.


    • Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.
    • Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan prosedur.
    • Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
    • Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta petunjuk sumber penyokong.

H. Evaluasi

Hasil yang diharapkan :
  1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
  2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
  3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
  4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
  5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
  6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
  7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.




semoga bermanfaat......!!!!!!!!!!!!!!
kumpilan askep klik disini

    ASKEP TB PARU


    TB PARU

    A. Pengertian
    Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah.

    B. Etiologi

    Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium tuberkulosis dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam.


    C. Patofisiologi

    Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droflet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet. dan ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru – paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain.
    Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila proses ini berhasil & macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat.
    Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang didalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel (biji – biji kecil sebesar kepala jarum).
    Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul perkejuan ditempat tersebut.apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe).


    D. Tanda dan Gejala

    Tanda dan gejala pada klien secara obyektif adalah :
    1. Keadaan postur tubuh klien yang tampak etrangkat kedua bahunya.
    2. BB klien biasanya menurun; agak kurus.
    3. Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 - 41° C.
    4. Batu lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.
    5. Batuk yang kadang disertai hemaptoe.
    6. Sesak nafas.
    7. Nyeri dada.
    8. Malaise, (anorexia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot, berkeringat pada malam hari).


    E. Pemeriksaan Penunjang
    1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
    2. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
    3. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
    4. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
    5. Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
    6. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.
    7. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel raksasa menunjukan nekrosis.
    8. Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ; ex ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas. GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
    9. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).


    F. Penatalaksanaan


    Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
    1. Jangka pendek.
      Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.


      • Streptomisin inj 750 mg.
      • Pas 10 mg.
      • Ethambutol 1000 mg.
      • Isoniazid 400 mg.
      Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
      Therapi TB paru dapat dilakkukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :



      • INH.
      • Rifampicin.
      • Ethambutol.
      Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
    2. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :

      • Rifampicin.
      • Isoniazid (INH).
      • Ethambutol.
      • Pyridoxin (B6).


    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS PARU
    (TB PARU)

    A. Pengkajian
    1. Aktivitas / istirahat.
      Gejala :


      • Kelelahan umum dan kelemahan.
      • Nafas pendek karena bekerja.
      • Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat.
      • Mimpi buruk.

      Tanda :



      • Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.
      • Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).
    2. Integritas Ego.
      Gejala :


      • Adanya faktor stres lama.
      • Masalah keuanagan, rumah.
      • Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.
      • Populasi budaya.

      Tanda :



      • Menyangkal. (khususnya selama tahap dini).
      • Ancietas, ketakutan, mudah tersinggung.
    3. Makanan / cairan.
      Gejala :


      • Anorexia.
      • Tidak dapat mencerna makanan.
      • Penurunan BB.

      Tanda :



      • Turgor kulit buruk.
      • Kehilangan lemak subkutan pada otot.
    4. Nyeri / kenyamanan.
      Gejala :


      • Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

      Tanda :



      • Berhati-hati pada area yang sakit.
      • Perilaku distraksi, gelisah.
    5. Pernafasan.
      Gejala :


      • Batuk produktif atau tidak produktif.
      • Nafas pendek.
      • Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi.

      Tanda :



      • Peningkatan frekuensi nafas.
      • Pengembangan pernafasan tak simetris.
      • Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak secara bilateral atau unilateral (effusi pleura / pneomothorax) bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral diatas lesi luas, krekels tercatat diatas apeks paru selam inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels – posttusic).
      • Karakteristik sputum ; hijau purulen, mukoid kuning atau bercampur darah.
      • Deviasi trakeal ( penyebaran bronkogenik ).
      • Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental ( tahap lanjut ).
    6. Keamanan.
      Gejala :


      • Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)

      Tanda :



      • Demam rendah atau sakit panas akut.
    7. Interaksi sosial.
      Gejala :


      • Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.
      • Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksankan peran.
    8. Penyuluhan / pembelajaran.
      Gejala :


      • Riwayat keluarga TB.
      • Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk.
      • Gagal untuk membaik / kambuhnya TB.
      • Tidak berpartisipasi dalam therapy.


    B. Diagnosa keperawatan Yang Muncul
    1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
    2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.


    C. Intervensi


    Diagnosa Keperawatan 1. :
    Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
    Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
    Kriteria hasil :
    • Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.
    • Mendemontrasikan batuk efektif.
    • Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
    Intervensi :
    • Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
      R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
    • Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
      R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
    • Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
      R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
    • Lakukan pernapasan diafragma.
      R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
    • Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
      R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
    • Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
      R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
    • Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
      R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
    • Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
      R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
    • Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian expectoran, pemberian antibiotika, konsul photo toraks.
      R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
    Diagnosis Keperawatan 2. :
    Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
    Tujuan : Pertukaran gas efektif.
    Kriteria hasil :
    • Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
    • Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
    • Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
    Intervensi :
    • Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
      R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
    • Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
      R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
    • Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
      R/Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
    • Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
      R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
    • Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
      R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
    • Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian antibiotika, pemeriksaan sputum dan kultur sputum, konsul photo toraks.R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya 



    semoga bermanfaat......!!!!!!!!!!!!!!
    kumpilan askep klik disini

    askep Sinusitis

    Sinusitis


    A. Pengertian
    Sinusitis adalah merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus.


    B. Etiologi
    1. Rinogen
      Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh :


      • Rinitis Akut (influenza)
      • Polip, septum deviasi
    2. Dentogen
      Penjalaran infeksi dari gigi geraham atas
      Penyebabnya adalah kuman :


      • Streptococcus pneumoniae
      • Hamophilus influenza
      • Steptococcus viridans
      • Staphylococcus aureus
      • Branchamella catarhatis

    C. Tanda dan Gejala

    1. Febris, pilek kental, berbau, bisa bercampur darah
    2. Nyeri pada :


      • Pipi : biasanya unilateral
      • Kepala : biasanya homolateral, terutama pada sorehari
      • Gigi (geraham atas) homolateral.
    3. Hidung :


      • buntu homolateral
      • Suara bindeng

    D. Pemeriksaan Penunjang
    1. Rinoskopi anterior :


      • Mukosa merah
      • Mukosa bengkak
      • Mukopus di meatus medius
    2. Rinoskopi postorior


      • Mukopus nasofaring
    3. Nyeri tekan pipi yang sakit
    4. Transiluminasi : kesuraman pada ssisi yang sakit
    5. X Foto sinus paranasalis


      • Kesuraman
      • Gambaran “airfluidlevel”
      • Penebalan mukosa

    E. Penatalaksanaan
    1. Drainage


      • Medical :


        • Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak)
        • Dekongestan oral :Psedo efedrin 3 X 60 mg
      • Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
    2. Antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :


      • Ampisilin 4 x 500 mg
      • Amoksilin 3 x 500 mg
      • Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
      • Diksisiklin 100 mg/hari
    3. Simtomatik


      • Prasetamol, metampiron 3 x 500 mg.
    4. Untuk kronis adalah :


      • Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
      • Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)
      • Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)




    Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sinusitis

    A. Pengkajian

    1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,
    2. Riwayat Penyakit sekarang : penderita mengeluah hidung tersumbat,kepala pusing, badan terasa panas, bicara bendeng.
    3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.
    4. Riwayat penyakit dahulu :

      • Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
      • Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
      • Pernah menedrita sakit gigi geraham
    5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
    6. Riwayat spikososial

      • Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
      • Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
    7. Pola fungsi kesehatan

      • Pola persepsi dan tata laksanahidup sehat
        Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping.
      • Pola nutrisi dan metabolisme
        Biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
      • Pola istirahat dan tidur
        Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
      • Pola Persepsi dan konsep diri
        Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
      • Pola sensorik
        Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).
    8. Pemeriksaan fisik

      • status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran.
      • Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).

    B. Diagnosa Keperawatan

    1. Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung
    2. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis(irigasi sinus/operasi)
    3. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental
    4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung
    5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus
    6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek

    C. Intervensi
    1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
      Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang
      Kriteria hasil :

      • Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
      • Klien tidak menyeringai kesakitan.

      Intervensi :


      • Kaji tingkat nyeri klien
        R/: Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
      • Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
        R/: Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
      • Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
        R/: Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
      • Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien
        R/: Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
      • Kolaborasi dengan tim medis :

        • Terapi konservatif :

          • Obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung
          • Drainase sinus
        • Pembedahan :

          • Irigasi Antral : Untuk sinusitis maksilaris
          • Operasi Cadwell Luc
        R/: Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien

    2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi)
      Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
      Kriteria hasil:

      • Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
      • Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.




      Intervensi :
      • Kaji tingkat kecemasan klien
        R/: Menentukan tindakan selanjutnya
      • Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :

        • Temani klien
        • Perlihatkan rasa empati(datang dengan menyentuh klien)
        R/: Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan
      • Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
        R/: Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif
      • Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :

        • Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
        • Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan
        R/: Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
      • Observasi tanda-tanda vital
        R/: Mengetahui perkembangan klien secara dini.
      • Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis
        R/: Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien


    3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus
      Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous, purulen) dikeluarkan
      Kriteria hasil :

      • Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
      • Jalan nafas kembali normal terutama hidung

      Intervensi :


      • Kaji penumpukan secret yang ada
        R/: Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
      • Observasi tanda-tanda vital
        R/: Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
      • Koaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekret
        R/: Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah
       




    semoga bermanfaat......!!!!!!!!!!!!!!
    kumpilan askep klik disini

    askep typhoid



    TYPHOID

    A. Pengertian

    TYPHOID adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
    Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).
    Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).


    B. Etiologi


    Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.


    C. Patofisiologi


    Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
    Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

    D. Tanda dan Gejala

    Masa tunas typhoid 10 - 14 hari

    1. Minggu I
      Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
    2. Minggu II
      Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.

    E. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan Laboratorium :

    1. Uji Widal
      Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :




      • Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
      • Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
      • Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
        Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
    2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
      SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

    F. Penatalaksanaan


    1. Perawatan




      • Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
      • Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

    2. Diet




      • Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
      • Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
      • Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
      • Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
    3. Pengobatan




      1. Klorampenikol
      2. Tiampenikol
      3. Kotrimoxazol
      4. Amoxilin dan ampicillin




    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TYPHOID


    A. Pengkajian
    1. Riwayat Kesehatan Sekarang
      Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
    2. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
      Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
    3. Riwayat Kesehatan Keluarga
      Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.
    4. Riwayat Psikososial
      Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
      Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
    5. Pola Fungsi kesehatan
      Pola nutrisi dan metabolisme :
    6. Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada usus halus.
      Pola istirahat dan tidur
    7. Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.
    8. Pemeriksaan Fisik




      • Kesadaran dan keadaan umum pasien
        Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar (composmentis - coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
      • Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala - kaki
        TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan.

    B. Masalah Keperawatan yang Muncul

    1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.
    2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
    3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.

    C. Intervensi

    Diagnosa Keperwatan 1. :
    Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.
    Tujuan : Suhu tubuh normal
    Intervensi :

    • Observasi suhu tubuh klien
      Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.
    • Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas
      Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
    • Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun
      Rasional : menjaga kebersihan badan
    • Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik
      Rasional : menurunkan panas dengan obat.

    Diagnosa Keperawatan 2. :
    Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
    Tujuan : Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi
    Intervensi :

    • Kaji pola nutrisi klien
      Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.
    • Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai
      Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian makan yang tidak disukai.
    • Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut
      Rasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.
    • Timbang berat badan tiap hari
      Rasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan.
    • Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
      Rasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.
    • Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
      Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak boleh dikonsumsi.

    Diagnosa Keperawatan 3. :
    Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi
    Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat
    Intervensi :

    • Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
      Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.
    • Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien
      Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit typhoid.
    • Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti
      Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.
    • Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat
      Rasional : memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan sakitnya.







    semoga bermanfaat......!!!!!!!!!!!!!!
    kumpilan askep klik disini

    Askep Diare Anak

     Asuhan Keperawatan  Diare Pada Anak 

     



    Definisi
    Diare adalah buang air besar (defekasi)  dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat.
    Askep Diare Anak
    Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
    diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).
    Etiologi Diare

    1.      Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
    2.      Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
    3.      Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak,  protein.
    4.      Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang.
    5.      Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
    Patofisiologi Diare

    askep-diare-anak13
    Patofisiologi Diare Anak
    Patofisiologi Diare Anak
    Pengkajian Keperawatan
    1.      Identitas
    Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi  usus asimptomatik dan kuman enterik menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
    2.      Keluhan Utama
    BAB lebih dari 3 x
    3.      Riwayat Penyakit Sekarang
    BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
    4.      Riwayat Penyakit Dahulu
    Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
    5.      Riwayat Nutrisi
    Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
    6.      Riwayat Kesehatan Keluarga
    Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
    7.      Riwayat Kesehatan Lingkungan
    Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
    8.      Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
    a.       Pertumbuhan
    - Kenaikan BB karena umur 1 -3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg),  PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
    - Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
    - Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 - 16 buah
    - Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
    b.      Perkembangan
    - Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
    Fase anal :
    Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
    -   Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
    Autonomy vs Shame and doundt
    Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
    -   Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
    1.      berdiri  dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun  2 hitungan (GK)
    2.      Meniru membuat garis lurus (GH)
    3.      Menyatakan keinginan   sedikitnya dengan dua kata (BBK)
    4.      Melepasa pakaian sendiri (BM)
    9.      Pemeriksaan Fisik
    a.       pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
    b.      keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
    c.       Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
    d.      Mata : cekung, kering, sangat cekung
    e.       Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
    f.       Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
    g.      Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
    h.       Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
    i.        Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
    j.        Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
    10.  Pemeriksaan Penunjang
    1)        Laboratorium :
    -  Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
    -  Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
    -  AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
    Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
    2)        Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumoni
    Penatalaksanaan Diare
    Rehidrasi
    1.      Jenis cairan
    1)      Cara rehidrasi oral
    -   Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit, pedyalit setiap kalidiare diare.
    -   Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
    2)      Cara parenteral
    -  Cairan I  : RL dan NS
    -  Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
    D5 : RL = 4 : 1  + KCL
    D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
    -  HSD (half strengh darrow) D ½  2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.
    2.      Jalan pemberian
    1)      Oral  (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
    2)      Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
    3.      Jumlah Cairan ; tergantung pada :
    1)      Defisit ( derajat dehidrasi)
    2)      Kehilangan sesaat (concurrent less)
    3)      Rumatan (maintenance).
    4.      Jadwal / kecepatan cairan
    1)      Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
    -   BB (kg) x 50 cc
    -   BB (kg) x 10 - 20 = 130 - 260 cc setiap diare = 1 gls.
    2)      Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
    + 50 cc/kg/3 jam  atau 5 tetes/kg/mnt
    Terapi
    1.      obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
    klorpromazine 0,5 - 1 mg / kg BB/hari
    2.      onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
    3.      antibiotik :  bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
    Dietetik
    a.         Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan  padat / makanan cair atau susu
    b.         Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen atau semi elemental formula.
    Supportif
    Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 - 5 tahun
    Diagnosa Keperawatan Diare

    1.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
    2.     Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
    3.      Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
    4.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
    5.      Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.
    6.      Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
    Intervensi Keperawatan
    Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
    Kriteria hasil :
    -   Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
    -   Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
    -   Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
    Intervensi :
    1)        Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
    R/ Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
    2)        Pantau intake dan output
    R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
    3)        Timbang berat badan setiap hari
    R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
    4)        Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
    R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
    5)        Kolaborasi :
    -          Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
    R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
    -          Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
    R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
    -          Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
    R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
    Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put
    Tujuan        : setelah dilakukan  tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
    Kriteria        : - Nafsu makan meningkat
    -BB meningkat atau normal sesuai umur
    Intervensi :
    1)        Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
    R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
    2)        Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau  yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
    R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
    3)        Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
    R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
    4)        Monitor  intake dan out put dalam 24 jam
    R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
    5)        Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
    a.       terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
    b.      obat-obatan atau vitamin ( A)
    R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
    Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare
    Tujuan        :  Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
    Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
    Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
    Intervensi :
    1)        Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
    R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
    2)        Berikan kompres hangat
    R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
    3)        Kolaborasi pemberian antipirektik
    R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
    Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan   peningkatan frekwensi BAB diare
    Tujuan      : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu
    Kriteria hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
    -             Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
    Intervensi :
    1)        Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
    R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
    2)        Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
    R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
    3)        Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
    R/ Melancarkan vaskularisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi .
    Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasif
    Tujuan      : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi
    Kriteria hasil :  Mau menerima  tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
    Intervensi :
    1)      Libatkan keluarga dalam melakukan  tindakan perawatan
    R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
    2)      Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
    R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
    3)      Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
    R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
    4)      Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
    R/ Kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa aman pada klien.
    5)      Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak



    semoga bermanfaat......!!!!!!!!!!!!!!
    kumpilan askep klik disini

    ASKEP DBD



    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN 
    DEMAM BERDARAH DENGUE



    A. PENGERTIAN
    Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001).
    Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999).
    Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).

    B. ETIOLOGI
     Gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue (sejenis arbovirus).


    C. FATOFISIOLOGI
    Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001).
    Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkandemam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).

    D. MANIFESTASI KLINIS
    Demam tinggi 5-7 hari.
    Perdarahan, terutama perdarahan bawah kulit ; ptekie, ekhimosis, hematoma.
    Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
    Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi.
    Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.
    Sakit kepala.
    Pembengkakan sekitar mata.
    Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.
    Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

    E. KLASIFIKASI
    WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
    Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
    Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
    Derajat III : Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun, (120/80 , 120/100 , 120/110, 90/70, 80/70, 80/0, 0/0)
    Derajat IV : Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung  140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

    F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
     Minum banyak 1,5 liter – 2 liter/24 jam (dengan air teh, gula, susu).
     Antipiretik jika terdapat demam.
     antikonvulsan jika terdapat kejang.
     Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.


    MANAJEMEN KEPERAWATAN
    A. Pengkajian
    1. Identitas
    DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).
    2. Keluhan Utama
    Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
    3. Riwayat penyakit sekarang
    Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
    4. Riwayat penyakit terdahulu
    Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
    5. Riwayat penyakit keluarga
    Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
    6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
    Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
    7. Riwayat Tumbuh Kembang
    8. Pengkajian Per Sistem
     Sistem Pernapasan
    Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
     Sistem Persyarafan
    Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS
     Sistem Cardiovaskuler
    Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
     Sistem Pencernaan
    Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
     Sistem perkemihan
    Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
     Sistem Integumen.
    Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

    B. Diagnosa Keperawatan
    1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
    2. Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
    3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
    4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
    5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni).
    6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi anak.
    7. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.

    C. Rencana Asuhan Keperawatan.
    DP 1 : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
    Tujuan : Suhu tubuh normal
    Kriteria : - Suhu tubuh antara 36 – 37
    - Nyeri otot hilang
    Intervensi :
    a. Kaji suhu tubuh pasien
    Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi
    b. Beri kompres air hangat
    Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.
    c. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
    Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
    d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
    Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
    e. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi
    Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
    f. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
    Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.

    DP 2 : Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
    Tujuan : Tidak terjadi defisit voume cairan
    Kriteria : - Input dan output seimbang
    - Vital sign dalam batas normal
    - Tidak ada tanda presyok
    - Akral hangat
    - Capilarry refill < 2 detik
    Intervensi :
    a. Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi
    Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler
    b. Observasi capillary Refill
    Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
    c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
    Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
    d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
    Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral
    e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
    Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.

    DP 3 : Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
    Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
    Kriteria : - Tanda Vital dalam batas normal
    Intervensi :
    a. Monitor keadaan umum pasien
    Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok.
    b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
    Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.
    c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
    Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.
    d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
    Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
    e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit
    Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

    DP 4 : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
    Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
    Kriteria : - Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
    - Menunjukkan berat badan yang seimbang.
    Intervensi :
    a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
    Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
    b. Observasi dan catat masukan makanan pasien
    Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
    c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan)
    Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
    d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan
    Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
    e. Berikan dan Bantu oral hygiene.
    Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
    f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
    Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

    DP 5 : Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)
    Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
    Kriteria : - TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat
    - Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat.

    Intervensi :
    a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
    Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
    b. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )
    Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
    c. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti : hematemesis, melena, epistaksis.
    Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
    d. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
    Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
    e. Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari
    Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.

    DP 6 : Kecemasan orangtua berhubungan dengan kondisi anak.
    Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.
    Kriteria : - klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
    - tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
    a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
    Rasional : memudahkan intervensi.
    b. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
    Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.
    c. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
    Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
    d. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.
    Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
    e. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas.
    Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.
    f. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
    Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
    g. Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.
    Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
    h. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
    Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.

    DP 7 : Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.
    Tujuan : orang tua mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
    Kriteria : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
    - memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
    a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
    Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
    b. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
    Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
    c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
    Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
    d. Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota keluarga yang sakit. Lakukan/demonstrasikan teknik perawatan diri dan lingkungan klien.
    Rasional : perawatan diri (mandi, toileting, berpakaian/berdandan) dan kebersihan lingkungan penting untuk menciptakan perasaan nyaman/rileks klien sakit.
    e. Minta klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
    Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

    D. Evaluasi
    1. Suhu tubuh normal
    2. Tidak terjadi devisit voume cairan
    3. Tidak terjadi syok hipovolemik
    4. Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
    5. Tidak terjadi perdarahan
    6. Ansietas berkurang/terkontrol
    7. orang tua memahami tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

    DAFTAR PUSTAKA
    Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Salemba Medika : Jakarta
    Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta
    Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
    Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan pada Anak. Sagung Seto : Jakarta




    semoga bermanfaat......!!!!!!!!!!!!!!
    kumpilan askep klik disini